Wednesday, March 26, 2014

MENILIK KEHIDUPAN KAUM PEREMPUAN

Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan dengan berbagai potensi dan kelebihan yang dimilikinya, sangat layak dan pantas jika potensi dan kelebihan itu disyukuri oleh para pemiliknya. Bentuk perwujudan rasa syukur yang harus di lakukan adalah dengan selalu menabur benih benih kebaikan terhadap sesama. Adanya perbedaan gender antara laki laki dan perempuan tidak sedikitpun mempengaruhi bentuk keadilan sang Khalik terhadap Makhluknya. Jika laki laki memiliki tubuh kekar dan pemikiran yang cenderung menggunakan logika, perempuan dengan kasih sayang dan kecerdasannya juga mampu memberikan sumbangsih positif bagi dirinya, keluarganya, maupun orang-orang disekitarnya. Maka tidak salah jika ada yang memunculkan statement “Dibelakang kesuksesan laki laki ada perempuan tangguh yang selalu mensupportnya.

Perempuan dari Sisi Bahasa

Dari segi bahasa, Perempuan berasal dari kata ‘empu’ (sanskerta) berarti yang dimuliakan dan  ‘puan’ (KBBI) berarti perempuan, atau nyonya (lawan tuan). Menurut KBBI, keperempuanan juga berarti 'kehormatan sebagai perempuan'. Di sini sudah mulai muncul kesadaran menjaga harkat dan martabat sebagai manusia bergender feminin. Tersirat juga di sini makna 'kami jangan diremehkan' atau 'kami punya harga diri'. Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti 'tuan', 'orang yang mahir/berkuasa', atau pun 'kepala', 'hulu', atau 'yang paling besar'; maka, kita kenal kata empu jari 'ibu jari', empu gending 'orang yang mahir mencipta tembang'.
Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu 'sokong', 'memerintah', 'penyangga', 'penjaga keselamatan', bahkan 'wali'; kata mengampu artinya 'menahan agar tak jatuh' atau 'menyokong agar tidak runtuh'; kata mengampukan berarti 'memerintah (negeri)'; ada lagi pengampu 'penahan, penyangga, penyelamat', sehingga ada kata pengampu susu 'kutang' alias 'BH'.
Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya 'sapaan hormat pada perempuan', sebagai pasangan kata tuan 'sapaan hormat pada lelaki'.
Prof. Slametmuljana (1964: 61) pun mengakui bahwa kata yang sekarang sering direndahkan, ditempatkan di bawah wanita, ini berhubungan dengan makna 'kehormatan' atau 'orang terhormat'. Tetapi, yang dilihatnya di masyarakat lain lagi. Maka, ia pun tidak mampu menyembunyikan keheranannya berikut: "... Yang agak aneh dalam tjara berpikir ini ialah apa sebab perempuan tempat kehormatan itu semata-mata diperuntukkan bagi wanita, sedangkan hormat dan bakti setinggi-tingginya menurut adat ketimuran djustru datang dari kaum wanita, terhadap suami."
Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa definisi perempuan adalah seseorang yang memiliki kehormatan, harga diri, kemuliaan, kekuatan, dan kecakapan dalam memeneg suatu urusan baik dalam dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.


Mewujudkan kehidupan yang bermartabat.

Dalam kehidupan social, tak heran jika perempuan selalu mendapat predikat kaum yang lemah, lembut, perasa, sensitive, manja, ingin di mengerti dan lain sebagainya. Namun, dibalik itu semua, ternyata sosok perempuan memiliki kekuatan luar biasa yang jarang diketahui oleh masyarakat pada umumnya.
Dalam relasi perempuan dan laki laki misalnya, sekuat dan setangguh apapun laki laki, ia akan tunduk dan luluh pleh perempuan yang disayanginya. Dalam kehidupan rumah tangga misalnya, ia akan melibatkan perempuan (isteri) dalam membuat suatu keputusan. Dalam islam bahkan sudah di nashkan bahwa: laki laki adalah pemimpin kaum perempuan. Namun pemimpin dalam hal ini tidak boleh disalah artikan, misal menafsirkan selayaknya antara majikan dengan seorang bawahan yang dengan seenak hati ia bisa memerintah atupun melarang sesuatu yang tidak diinginkannya. Pemimpin disini adalah ketika seorang laki laki dalam lingkup rumah tangga mampu memanagement kehidupan dalam rumahtangganya dengan cara memposisikan dirinya sebagai pelindung atau pengayom perempuan yang menjadi pendamping hidupnya dan memposisikan sang isteri sebagi partner yang bisa diajak kerjasama dalam rangka membangun sebuah bahtera rumah tangga yang nyaman dan tenteram. Dalam bahasa lain biasa disebut job disk atupun membagi tugas sesuai dengan kemampuan kedua belah pihak. Relasi yang terbangun antra laki-laki dan perempuan seharusnya memegang prinsip musyawarah, yakni keterlibatan keduanya dalam menentukan suatu kebijakan. Sehingga objektivitas dan rasa saling memiliki tanggung jawab yang akan tertanam dan bukan sebaliknya.
Kesadaran akan saling memahami karakter dan potensi yang dimilik orang perlu dimiliki oleh siapapun, termasuk didalamnya kaum perempuan. Potensi-potensi terpendam yang begitu kaya seringkali terabaikan, hal ini dikarenakan factor kehidupan sehari hari yang tidak produktif (budaya patriarkhi). Sehingga, perubahan mindset atas kondisi social yang saat ini terbentuk sangat perlu untuk dilakukan, supaya tidak terjadi lagi adanya perampasan hak, pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan dan bentuk diskriminasi yang selama ini telah mengakar di tengah masyarakat. Seorang perempuan harus mau dan berani mengambil langkah dalam menuangkan dan mengaplikasikan seluruh potensi yang dimiliknya. Tak ada seorangpun yang memiliki hak untuk mengebiri atupun mencegah perempuan untuk mengeksplorasikan segala kemampuan dan keinginannya. Sehingga bukan tidak mungkin teori keseimbangan dalam dunia ini bisa terwujud manakala antara laki laki dan perempuan saling mensupport dan mendukung satu sama lain, tidak lain untuk mewujudkan kehidupan yang lebih bermartabat.