Monday, March 10, 2014

Mengenali Remaja kita


Hubungan kedekatan antara keluarga dan anak remaja menentukan konsep diri anak. Ketika keluarga tidak bisa memberi rasa nyaman, tidak mampu menunjukkan kepercayaan kepada anak maka anak memiliki penilaian buruk tentang keluarga. Mereka akan mencari pelarian di luar yang membuat anak nyaman. Ini akan mempengaruhi bagaimana remaja memandang dirinya, menentukan identitas dirinya, dan membentuk masa depannya. Masa remaja menghabiskan lebih banyak waktu diluar bersama dengan teman-teman sebaya dibanding berkumpul dengan keluarga. Mereka membentuk kelompok bergaul dan akan membuatnya khas sebagai identitas diri mereka.
            Banyak yang tidak diketahui bagaimana cara orangtua menghadapi anak-anak remajanya. Karena pada masa-masa remaja, seringkali remaja dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, permasalahan-permasalahan yang menurut remaja adalah kompleks, pemecahan masalah yang hanya dilihat dari egosentris para remaja. Dan yang para remaja butuhkan hanyalah kebutuhan untuk didengarkan!
            Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa-masa peralihan inilah yang menjadi masa sulit. Untuk memasuki masa dewasa, remaja dihadapkan dengan penyesuaian kebiasaan selama kanak-kanak. Selain adanya perubahan seksual primer, menarche (menstruasi pertama) kemudian dengan munculnya perubahan seksual sekunder (munculnya rambut-rambut pada bagian kemaluan, payudara yg membesar, pinggul melebar pada perempuan) perubahan pada remaja juga terdapat pada perkembangan-perkembangan kognitifnya. Kemampuan berfikir abstrak daripada pemikiran seorang anak. Remaja seringkali memunculkan situasi-situasi khayalan, menentukan hipotesis- hipotesis dalam kemungkinan pemutusan masalah dengan menggunakan penalaran yang benar-benar abstrak (Santrok, 2002). Selain pemikiran abstrak para remaja juga memiliki pemikiran-pemikiran idealis. Berfikir tentang ciri ideal dirinya, penilaian terhadap orang lain dan membandingkan dirinya dengan orang lain.
            Perlu diketahui bagi orangtua yang kemungkinan beberapa diantaranya pasti tidak tahu bagaimana cara menghadapi ABG (anak baru gede) bahwa yang mereka inginkan adalah didukung apa yang menjadi keinginannya dan didengar apa yang menjadi keluhannya. Karena remaja bersifat egosentris, ada kecenderungan “dongeng pribadi (the personal fable) yaitu bagian egosentris remaja yang meliputi perasaan khas/unik seorang anak remaja”. Perasaan seperti ini yang sering memicu perselisihan anak dengan orangtua, misalnya remaja putri yang merasa ibunya tidak memahami perasaannya ketika patah hati. Pengambilan-pengambilan keputusan yang egoistis dari remaja menimbulkan perselisihan. Disinilah perlu adanya pemahaman perlakuan orangtua kepada remaja-remajanya. Orangtua memiliki peran pengawasan dan bimbingan untuk pengambilan langkah-langkah remaja. Mengawasi bukan berarti melarang bukan juga membatasi ruang gerak remaja, namun memberi kebebasan yang bersyarat dan memberi kepercayaan kepada remaja untuk berekspresi untuk membantu mereka menemukan jati diri positif.