Wednesday, December 30, 2015

Remaja Dan Kesehatan Reproduksi

Siapa sih remaja itu ? Menurut WHO  (World Health Organization)  remaja merupakan anak yang telah mencapai usia 10 sampai 18 tahun. Standar remaja disesuaikan dengan usia lulus sekolah menengah sekitar usia 18 tahun maksimal.hampir 85 % dari penduduk di negara kita adalah remaja. Masa remaja adalah masa transisi, masa peralihan, dan masa perkembangan yang sangat komplek dalam periode perkembangan manusia.  Dan sebagian besar remaja sudah aktif secara seksual (meski belum tentu atas pilihannya sendiri) ini terbukti dengan banyaknya kasus kejahatan seksual yang korbannya adalah remaja. Sampai November 2015, WCC Jombang mencatat 65% korban kasus kekerasan seksual adalah remaja.

Aktivitas seksual yang terjadi pada remaja, menempatkannya pada posisi yang rentan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Sebagian remaja mengalami kehamilan tidak diinginkan yang berujung aborsi, sebagian remaja sibuk mencari jati diri karena mengalami alienasi berkepanjangan yang berujung pada pergaulan bebas, free sex, PMS, HIV AIDS, dan korban kekerasan seksual serta persoalan lain yang selalu menghantui kondisi remaja kita. penyebab dari beberapa hal ini adalah kurangnya perhatian orang tua dan pengakuan akan adanya kompetensi yang dimiliki remaja, tuntutan nikah muda, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidakadilan gender dan minimnya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Remaja seringkali tidak memiliki keterampilan menegosiasikan hubungan seksualnya, minimnya akses informasi yang memadai dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau serta terjamin kerahasiaannya.  
Dalam PP no. 1 tahun 2014 menyebutkan bahwa Kesehatan Reproduksi adalah  keadaan sehat secara fisik, mental, dan  sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Bagaimana mengajarkan kesehatan reproduksi pada remaja?

Orang tua di sekitar kita seringkali merasa tabu mengajarkan tentang kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, ada beberapa prinsip yang bisa kita gunakan yakni prinsip PRAISE yaitu Positive, Respect, Accurate, Information, Simple, dan Empowerment, kata Hamilton seorang perawat kesehatan seksual dan reproduksi seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, saya kutip lagi dari detik.com (26/11/2015).

Positif, menunjukkan reaksi positif atas pertanyaan anak yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, respect alias hormati apa yang dikatakan anak dan ajarkan pada remaja  bahwa pada prinsipnya, membicarakan masalah kesehatan seksual semata-mata karena kita menghargai dan menghormati orientasi seksual, praktik seksual, dan gaya hidup masing-masing orang. Akurat, memberikan informasi yang akurat misalnya tentang penis dan vagina, bukan burung atau yang lainnya. Informasi, mencari informasi bersama-sama dengan anak melalui media yang biasa mereka gunakan, sekaligus menginformasikan mana dari media itu yang boleh dan tidak boleh diakses oleh anak, sehingga muncul keterbukaan komunikasi antara anak dan orang tua. Simple/sederhana, menyampaikan persoalan kesehatan reproduksi dengan bahasa yang sesederhana mungkin yang bisa dipahami remaja seusianya kemudian yang terakhir empowerment, dari sini kita kemudian memberikanpengetahuan tentang pentingnya kesehatan reproduksi remaja, cara merawat, dan dampak yang muncul jika tidak menjaga kesehatan reproduksi dengan baik dan benar sekaligus menanamkan pemahaman bahwa anak kita, remaja adalah manusia yang paling berharga buat kita, jika mereka menjaga kesehatan reproduksinya itu sama dengan membahagiakan kita. Semoga Bermanfaat.