Monday, August 25, 2025

Belajar Lintas Batas : Penguatan Gerakan HKSR Melalui Cross Visit ke Bangladesh

0 comments


Pada Juli lalu, perwakilan WCC Jombang yang diwakili langsung oleh Direktur WCC Jombang mengikuti kegiatan cross visit ke Bangladesh sebagai upaya memperkuat gerakan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) yang berpihak pada perempuan dan kelompok rentan. Kunjungan belajar ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi pertemuan global 2025 di Kathmandu, yang menekankan pentingnya membangun koneksi lintas negara di kawasan Asia dalam isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Melalui kunjungan ini, banyak  wawasan baru yang didapatkan salah satunya yaitu tentang peluang kolaborasi regional di luar cakupan Program RHRN yang selama ini menjadi ruang utama kerja bersama. Pertemuan yang berlangsung bersamaan dengan agenda tim keuangan Bangladesh dan tim keuangan Rutgers Netherlands (RNL) juga memberikan pemahaman strategis tentang bagaimana kolaborasi lintas fungsi, seperti antara program dan keuangan, dapat memperkuat tata kelola serta keberlanjutan kerja-kerja HKSR di kawasan.

 

Kegiatan ini diselenggarakan melalui dukungan program Right Here Right Now 2, yang di ikuti oleh 3 mitra Negara yakni Indonesia dan Nepal yang berlokasi ke Bangladesh sebagai Negara tujuan kunjungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah saling berbagi praktik baik antar negara, Observasi kegiatan mitra di Bangladesh dan Diskusi tentang inovasi digital, pemberdayaan pemuda, advokasi, dan keberlanjutan program.

 

Kunjungan ini dirancang sebagai ruang pembelajaran strategis yang mencakup diskusi mendalam mengenai isu-isu kunci, seperti situasi politik, sosial, dan gender terkini di Bangladesh. Selain menjadi ajang refleksi atas capaian dan inovasi di tahun sebelumnya, kegiatan ini juga difokuskan pada penyusunan rencana kerja yang mencakup penguatan advokasi, riset, serta pemberdayaan pemuda ke depan.

 

Selama kunjungan, para peserta mengikuti serangkaian agenda yang mencakup:

  1. Pertemuan dengan BRAC (Bangladesh Rehabilitation Assistance Committee) sebagai Country Lead Partner di Bangladesh, untuk mempelajari praktik baik, pencapaian, dan tantangan yang dihadapi. Peserta juga mendapatkan pemahaman lebih luas tentang bagaimana BRAC tumbuh menjadi lembaga non-pemerintah terbesar di Bangladesh setelah institusi negara dan militer, serta peran strategisnya dalam isu-isu pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

  2. Diskusi bersama seluruh mitra koalisi RHRN di Bangladesh, yang menjadi forum terbuka untuk berbagi strategi, inovasi digital, dan pendekatan keberlanjutan program.

  3. Kunjungan lapangan ke sekolah intervensi dan wilayah kumuh di Dhaka, untuk melihat secara langsung implementasi program di tingkat komunitas, termasuk pendekatan edukasi, penguatan kapasitas remaja, dan intervensi berbasis konteks lokal.

  4. Pembaharuan informasi mengenai agenda-agenda internasional dan strategi penutupan program, dengan penekanan pada keberlanjutan gerakan HKSR di tingkat nasional dan regional, terutama melalui penguatan kapasitas pemuda dan koalisi sebagai aktor utama perubahan.

     

    Hasil kunjungan memberikan sejumlah catatan penting yang dapat menjadi bahan refleksi dan rencana penguatan bersama, khususnya dalam konteks pengembangan kerja-kerja advokasi anak muda dan keberlanjutan program:

     

    1. Penguatan Kapasitas Orang Muda

    Penting untuk terus mendorong peningkatan kapasitas anak muda dalam keterampilan public speaking, pengorganisasian kelompok, serta perencanaan keberlanjutan inisiatif mereka. Selain itu, perlu difasilitasi koneksi lintas jaringan pemuda, baik di tingkat nasional maupun regional, serta akses ke sumber pendanaan alternatif untuk mendukung inisiatif yang mereka kelola secara mandiri.

     

    1. Optimalisasi Ruang Digital dan Kolaborasi Akademik

    Penguatan ruang digital perlu dilakukan melalui kemitraan strategis dengan institusi pendidikan tinggi, seperti universitas, guna mendorong literasi digital, inovasi, serta pemanfaatan teknologi terkini termasuk kecerdasan buatan (AI). Kolaborasi ini penting agar program tetap relevan dengan perkembangan zaman dan dapat menjangkau lebih luas.

     

    1. Monetisasi Produk dan Platform Digital

    Untuk mendorong keberlanjutan, penting untuk mempertimbangkan model monetisasi dari produk pengetahuan atau platform digital yang telah dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun kemitraan dengan organisasi yang memiliki visi serupa dalam pemberdayaan perempuan dan anak, maupun dengan sektor swasta yang memiliki kepedulian terhadap isu sosial.

     

    1. Pendalaman Digitalisasi melalui Pertukaran Pembelajaran

    Terkait praktik digitalisasi dan pemanfaatan AI, sangat disarankan untuk mengadakan sesi pertukaran pengetahuan secara daring (online) dengan mitra Bangladesh atau mitra lain di kawasan. Inisiatif ini dapat menjadi inspirasi dalam merancang keberlanjutan Youth Generation for Social Impact (YGSI) dan platform serupa di Indonesia.

     

    1. Evaluasi Pendekatan WSA (Whole School Approach)

    Diperlukan upaya untuk menyusun alat ukur yang sistematis dalam mengevaluasi pelaksanaan Whole School Approach (WSA) di sekolah. Evaluasi ini penting untuk mengetahui sejauh mana pendekatan tersebut telah berdampak dan bagaimana upaya perbaikannya ke depan.


    Dalam waktu implementasi yang relatif singkat, yakni hanya tiga tahun, Program RHRN2 di Bangladesh menunjukkan kemajuan yang pesat, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan keterbatasan. Keberhasilan ini tidak lepas dari semangat belajar yang tinggi dari pengalaman negara-negara lain, serta kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi praktik baik ke dalam konteks lokal mereka.

     

    Dibandingkan dengan dua negara Asia lainnya dalam program RHRN2, Bangladesh berada selangkah lebih maju dalam hal digitalisasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). Meskipun inisiatif ini masih dalam tahap pengembangan awal dan belum sepenuhnya diimplementasikan secara luas, fondasi yang telah dibangun menunjukkan arah yang menjanjikan. Pendekatan digital yang dikembangkan telah mulai menciptakan model-model baru yang potensial untuk menghasilkan dampak nyata, sekaligus menjadi inspirasi bagi negara lain dalam merancang keberlanjutan program yang responsif terhadap perkembangan teknologi.(Ana) 

0 comments:

Post a Comment